Sabtu, 22 Oktober 2011

Topeng Ireng Tarubatang Boyolali


SEJARAH SINGKAT KESENIAN TOPENG IRENG

       Mengenai asal usul tarian ini , hingga saat ini belum di ketahui secara pasti , sepertinya kesenian ini juga merupakan spontanitas dalam berekspresi dan ber apresiasi dalam berkesenian. Penari Topeng Ireng mengenakan pakaian mirip orang Indian di Amerika dengan kedua kakinya di pasangi puluhan kelintingan , yang dimana kalau penarinya bergerak dan menari akan menimbulkan suara yang bergemerincing dan tarian ini mengenakan topi seperti orang Indian , pakaian bawah seperti suku pedalaman Kalimantan , diiringi tabuhan gamelan , truntung , jedor dan rebana.
       Kesenian ini menggambarkan tentang kehidupan orang orang pedalaman lereng gunung Merapi dan Merbabu dengan tradisi hidup akrab dengan alam.
Gerakan ini masih berbasic pada kesenian-kesenian terdahulu seperti kesenian Rodad , reog Thotok Uwok, Kobrosiswo , Shalawatan , Badui , dan lain lain.
Kelompok kesenian Topeng Ireng Tarubatang , anggotanya adalah kelompok masyarakat yang mata pencaharian tetap sebagai pedagang , petani , peternak , buruh pasar tradisional dengan inkam yang tidak pasti. Adapula para anggotanya yang masih duduk di bangku sekolah dan di bangku akademi.
       Kesenian Dayakan atau Topeng Ireng banyak  berkembang di tengah-tengah masyarakat pedesaan lereng gunung Merapi dan Merbabu pada tahun 1950 an..
Umat Islam apabila membangun Masjid ataupun Mushola sering memasang Mustaka atau Kubah , sebelumnya Mustaka itu di kirab dulu keliling desa. Kirab tersebut diikuti oleh masyarakat setempat di sekitar Masjid dengan didahului kesenian Dayakan atau Topeng Ireng yang diiringi oleh tetabuhan rebana , bedug , bende , jender,dan syair-syair yang digunakan adalah syair puji-pujian yang bersifat Islami dan perjuangan. Seperti reog Thotok Uwok , Topeng Ireng juga menggunakan kostum berupa daun daunan , pelepah pisang , janur, daun cemara serta riasan wajah yang terbuat dari angus atau debu hitam hasil bakaran kayu , sekarang menggunakan siwit hitam dan putih. Gerakan yang di pakai yaitu gerakan dari simbol-simbol beladiri seperti menangkis , kuda kuda , menendang , menyerang , bertahan dan keluwesan perpaduan tari dan gamelan. Tarian ini di adakan , dilakukan dan dipertontonkan secara massal. Sama juga halnya dengan pemerintahan penjajah di masa Belanda dan Jepang , kesenian dayakan ini juga terbelenggu apresiasinya , bahkan pada masa pemerintahan Orde Baru waktu itu Bp Haji Mohammad Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia , kira kira pada tahun 1995 kata-kata Dayakan sendiri dikhawatirkan mengandung unsur SARA , maka kesenian ini di ubah dari Dayakan menjadi kesenian Topeng Ireng atau Topeng Hitam , sejak tahun 2005. Topeng Ireng mulai di populerkan lagi. Tarian ini sedang mendapat tempat di hati masyarakat akhir-akhir ini. Kesenian ini erat kaitannya dengan sejarah JOKO TARUB

TOPENG IRENG

Topeng Ireng bermakna Toto Lempeng Iromo Kenceng.
  -   Toto Lempeng , Toto dalam bahasa Jawanya artinya tata atau susunan , lempeng dalam bahasa Jawanya adalah lurus.
Toto Lempeng berarti di dalam kesenian Topeng Ireng ini memiliki pola lantai yang kebanyakan memakai pola lurus.
 -  Iromo Kenceng , Iromo atau irama atau alunan nada.
Kenceng dalam bahasa Jawanya berarti cepat. Jadi irama kenceng yang di maksud adalah iringan yang di pakai cepat.
Secara keseluruhan makna tersebut adalah bahwa kesenian rakyat Topeng Ireng memakai pola lantai lurus dan memakai alunan nada yang cepat namun dinamis.

Topeng Ireng sering juga identik dengan kesenian rakyat pedalaman lereng gunung Merbabu dan Merapi.
  Kesenian Topeng Ireng sering digunakan dalam acara Nyadran  , Mertri desa , karnaval acara-acara skala nasional seperti hari ulang tahun Republik Indonesia , Sumpah Pemuda , orang yang mengadakan hajatan , dan lain lain.
Kesenian Topeng Ireng selaras dengan kebudayaan masyarakat Jawa.
Maka sebelum kesenian ini ditampilkan , maka diadakan sesaji dan ritual untuk keselamatan para penari. Dari riasan wajah , maupun gerakan semua diritualkan , sehingga riasan pada penari nampak solek dan gagah , dan di tengah-tengah atau diakhir acara seperti biasanya dan seperti tarian dari kesenian tradisional yang lain , juga ditampilkan acara semacam kerasukan , di mana para penari menari di luar kesadaran mereka , atau disebut dengan istilah ’’mendem nari’’ atau mabuk menari..
  Di mana adegan ini bisa memberikan kesan magis dan lebih memeriahkan acara kesenian ini , yang biasanya adegan ini di tunggu-tunggu oleh para penonton.

PERKEMBANGAN TOPENG IRENG DI TARUBATANG
  Pada tahun 1987 mbah Muhajir membawa kesenian Badui dan Topeng Ireng di desa Tarubatang , tetapi pada waktu belum sempurna betul.
Pertama kali mbah Hajir mementaskan di balai desa dalam acara perpisahan murid-murid Sekolah Dasar Tarubatang I.
  Kesenian Badui sendiri diajarkan anak-anak TPA danTPI Tarubatang , setelah itu lama kelamaan orang dewasa pun ikut belajar kesenian itu kira- kira pada tahun 2005.
Penampilan kali kedua , Dinas Pariwisata kabupaten Boyolali ingin melihat kesenian Badui , bersamaan itu Topeng Ireng Tarubatang pun tampil untuk pertama kalinya pada awal tahun 2007.




  Kesenian Topeng Ireng mulai dikembangkan di dusun Tarubatang kecamatan Selo kabupaten Boyolali.
Di awali latihan bersama dengan Topeng Ireng  Sanggar Warangan Merbabu Magelang , dan tampil di acara hari ulang tahun Republik Indonesia ke 61 pada tahun 2007 , maka terbentuklah Topeng Ireng ‘’KRIDHO MUDHO” Tarubatang.
  Seiring perjalanan waktu kesenian ini berkembang dengan alat musik truntung semacam rebana kecil yang dipukul dengan alat pukul , pertama kali tampil di acara Ngapeman semacam ritual yang di adakan pada waktu bulan Sapar di Pengging , maka berkembanglah menjadi Topeng Ireng “Kridho Mudho” Truntung Tarubatang Selo Boyolali.
  Badui di bentuk di Tarubatang atas inspirasi mbah Muhajir dan kawan-kawan (waktu itu Budi dan Muri) , sekarang kesenian Badui di pimpin oleh Bapak Marlan , sedangkan kesenian Topeng Ireng di pimpin oleh Bapak Sukardi.
Kesenian Badui Tarubatang pernah menyabet Trophi juara II pada hari Kamis 17 Agustus 2006 DJI SAM SOE festival Budaya Merapi Merbabu 2006 , juga Trophi festival Tari Rakyat ke IV tingkat kabupaten Boyolali pada hari Minggu 3 Desember 2006 di waduk Bade sebagai penyaji terbaik I se-kabupaten ,disusul Topeng Ireng  pada tahun 2007 tepatnya hari Jum at 17 Agustus 2007 di kecamatan Selo sebagai juara I Karnaval Pentas Seni HUT RI ke 62 tingkat kecamatan Selo dan pada hari Kamis 14 Agustus 2008 di kab Boyolali , Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Perhimpunan BUMD kab Boyolali

          


Masih banyak acara acara lain yang memakai kesenian Topeng Ireng ini , antara lain di  candi Prambanan ,Ulang tahun Kraton Mangkunegaran pd tahun 2008 , di Pendopo Joglo kecamatan Selo sebagai acara rutin gelar wisata kabupaten Boyolali , acara gelar tehnologi tepat guna nasional pada tanggal 30 Oktober 2008 di Semarang , kirab jamasan pusaka di kab Wonogiri pada hari Minggu 18 Januari 2009 , acara Ngapeman di Pengging pada hari Jum at 20 Februari 2009 , ulang tahun TMII th 2010, penyambutan Bp. Presiden SBY , Penyambutan beberapa menteri di Solo, Hari jadi kota Probolinggo, Hari jadi kota Solo, Hari jadi kota Boyolali, Solo Batik Carnival (SBC),  acara acara hajatan , dan lain lain.

2 komentar:

  1. Mau tanya, kalau properti topi/irah-irahan untuk latihan anak sekolah belinya dimana? Terimakasih

    BalasHapus
  2. Mau tanya, kalau properti topi/irah-irahan untuk latihan anak sekolah belinya dimana? Terimakasih

    BalasHapus